-->

Rabu, 20 Juli 2011

Peterpan - Rabu, 12 November 2008, Fame Station, Bandung.

Lagu yang sedih bukan halangan untuk membuat suasana pesta menjadi meriah. Oleh Soleh Solihun. "Ariel! Ariel! Ariiiiel!" Beberapa orang perempuan berteriak memanggil nama vokalis Peterpan. Suara mereka bersaing dengan musik menghentak yang keluar dari pengeras suara. Beberapa menit lewat dari tengah malam, ketika saya tiba di Fame Station, Rabu [12/11]. Ratusan orang sudah memadati klub itu. Saking padatnya, ruang gerak buat mereka yang ingin berjoget sangat terbatas. Hanya menggoyangkan kaki, lutut, kepala dan sedikit pundak. Di luar, puluhan orang malah tak bisa masuk karena ruangan di dalam sudah terlalu penuh. Saya tak yakin apakah mereka datang karena ingin merayakan ulang tahun Fame Station yang ke-16 atau ingin melihat Peterpan. Yang jelas, kepadatan pengunjung sudah bisa dilihat sejak dari jalanan menuju klub. Banyak mobil diparkir di pinggir jalan. "Wuhuuuuh!" Beberapa dari mereka kini berteriak kegirangan begitu DJ mengganti musiknya. Mereka bertepuk tangan. DJ tersenyum simpul dari atas panggung. "Wash wesh wosh wash wesh wosh!" DJ itu mengucapkan sesuatu untuk menyemangati crowd. Suaranya samar-samar. Antara jelas dan tak jelas. Seperti suara pramugari di pesawat terbang menerangkan instruksi keselamatan. Tapi sepertinya sebagian besar crowd mengerti apa yang diucapkan sang DJ. Entah pura-pura mengerti untuk menyemarakkan suasana. "Wuhuuuuh!" Dan crowd berteriak kegirangan lagi. Bertepuk tangan lagi. Berjoget lagi. Sebagian dari mereka masih berteriak memanggil nama Ariel. Musik masih menghentak. Lampu laser berwarna hijau masih berkilatan. Adegan seperti itu berulang selama hampir satu jam. Teriakan memanggil nama Ariel. DJ mengucapkan sesuatu. Dan crowd berteriak kegirangan. Tak lama, seorang MC tipikal penyiar radio banci naik ke atas panggung. Membagikan satu hadiah ke penonton. Dia lantas memanggil seorang pria yang disebutnya "Bapak Party" Fame Station. Bapak Party itu kemudian memberi ucapan terima kasih. Dan memangil Peterpan. Begitu drummer Reza, gitaris Uki dan Lukman naik, teriakan crowd bertambah keras. Gong nya adalah ketika Ariel akhirnya muncul. Crowd menggila. Belasan oranglelaki dan perempuanlangsung mengeluarkan telepon genggamnya. Memotret vokalis yang sejak sejam sebelumnya dipangil-panggil. Clubbers itu pun mendadak berubah jadi kelompok paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu Peterpan, di bawah komando Ariel ketika akhirnya Peterpan memulai penampilannya pukul satu pagi. Crowd yang tadi berjoget dan berteriak mengikuti irama musik yang dimainkan DJ, kini terlihat menikmati penampilan Peterpan. Fakta ini bisa berarti beberapa hal: crowd tadi memang crowd yang biasa clubbing sekaligus penggemar Peterpan, clubbers itu tipe yang akan menikmati segala jenis musik, dan yang terakhir ini menandakan musik Peterpan sangat dikenal oleh banyak orang sehingga banyak yang hapal liriknya. "Luna Maya! Luna Maya! Luna Maya!" kata sekelompok orang di depan panggung, sambil berjoget. Ariel tersenyum mendengar teriakan mereka. "Kita nggak usah ngomongin orang lain di sini ya," katanya mencoba menenangkan mereka. "Hayo! Siapa yang sudah ke Fame sejak SMP?" Pertanyaan itu dijawab oleh beberapa orang yang mengacungkan tangan. "Sama kayak gue dong!" Ariel tersenyum. Ariel sangat komunikatif. Setiap pergantian antar lagu, dia menerangkan sedikit cerita di balik lagu itu. Dia bergerak ke kanan panggung. Lantas ke kiri panggung. Membagi perhatian kepada crowd. Menyalami mereka yang menjulur-julurkan tangannya. Melemparkan senyum khas Ariel. Menjadi frontman yang baik. Mewakili teman-temannya yang lebih banyak diam sepanjang pertunjukkan. Hanya Uki yang hampir tak kalah atraktif dibandingkan Ariel. Kamera dari telepon genggam tak henti-hentinya mengabadikan setiap gerakan yang terjadi di atas panggung. Setelah memainkan sekira tiga lagu, Peterpan membawakan lagu "All I Want Is You" milik U2. Djundi Prakasha, pemilik Fame Station adalah penggemar berat U2. Semua bintang tamu yang bermain dalam acara ulang tahun klub itu, membawakan lagu "All I Want Is You". Bapak Party naik lagi ke atas panggung. Untuk sesaat mengambil alih komando Ariel. Bapak Party lalu memanggil beberapa orang untuk naik ke sana: perwakilan sponsor, serta sang tuan rumah Djundi. Uki, yang ditawari pelayan untuk bersulang dengan bir, menolak halus sambil tersenyum dan mengangkat botol air mineral miliknya. "Semoga Fame selalu mendukung musik Indonesia dan menyajikan live music!" kata Bapak Party. Kembang api menyala dari mulut panggung ketika adegan bersulang itu terjadi. Suasana memang jadi bertambah meriah. Tapi, asap yang ditimbulkan akibat pijaran kembang api itu, membuat hidung dan mata tak nyaman. Ini saja hal yang sedikit mengganggu dari pesta meriah pada dini hari itu. Setelah adegan bersulang, pesta kembali dilanjutkan. Ariel kembali mengambil alih komando di atas panggung. Paduan suara pun kembali bernyanyi. "Meskipun lagu-lagunya sedih, tapi malam ini kita harus bersenang-senang ya!" kata Ariel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar