Aku tahu ini aneh. Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa mencintainya
lagi. Tetapi karena suatu hal semua ini telah terjadi.
***
Kini kau berdiri dihadapanku. Kau terus memandang
wajahku tetapi aku tidak mau membalas tatapanmu itu. Seharusnya aku bahagia
karena akhirnya aku dapat menikah dan memulai hidup baru. Tetapi itu semua
hilang begitu saja karena perjodohan sepihak ini.
“luna.. apakah kau masih marah padaku karena
perjodohan ini?” ucapnya sambil mengusap kepalaku.
“tidak. Jangan lakukan ini lagi.” ucapku sambil
menepis tangannya.
“luna…” panggilnya.
“Aku menyetujui perjodohan ini hanya karena aku
mencintai mama ku. Tetapi ketika aku tahu bahwa kau yang meminta untuk
dijodohkan denganku, aku langsung membencimu.” ucapku dingin.
“knpa? Bukankah dulu
kau mencintaiku?” tanyanya lagi.
“Karena kau aku harus menghentikan impianku untuk
kuliah di amerika. Karena kau aku harus memutuskan hubunganku dengan kekasihku.
Apakah kau melihat bahwa aku masih mencintaimu?” tanyaku balik.
“Kita bisa memulainya lagi dari awal lun.” ucapnya
sambil menggenggam erat tanganku namun aku melepasnya.
“, sekarang aku sudah tidak mencintaimu lagi..maaf”
ucapku sambil masuk kedalam kamar.
***
Bagaimana aku bisa menikah dengan mantan guruku di
SMA? Aku tahu dulu aku sangat mencintainya. Dia adalah guru yang bisa membuatku
mencintai Ekonomi, pelajaran yang sangat kubenci sebelumnya. Namun akhirnya aku
sadar bahwa cinta ini salah. Perlahan aku mulai menghilangkannya dan akhirnya
aku berhasil.
Tetapi mengapa sekarang ia hadir kembali dalam
kehidupanku? Apakah dia tidak tahu bahwa sudah banyak airmata yang kukeluarkan
untuk menghilangkan perasaanku padanya? Kini aku merasa bahwa semua itu
sia-sia.
***
“lun..” panggilnya sambil duduk disampingku.
“knpa?” tanyaku tanpa memandang kearahnya.
Aku mendengar ia menghela nafas dan kini kami duduk
bersama di atas balkon.
“Menurutmu apa yang harus kulakukan agar kau dapat
mencintaiku lagi?” tanyanya datar
“Aku tidak akan bisa mencintaimu lagi.” jawabku
dingin.
“Cinta itu masih ada dalam hatimu. Aku tahu itu.”
ucapnya sambil memandang lurus kearah laut yang terbentang indah dihadapannya.
“Tidak. Cinta itu telah menjadi opportunity cost
bagiku untuk meraih prestasi di sekolah dan mendapatkan beasiswa ke amerika tapi
kau sudah menghancurkannya.” jawabku sambil beranjak masuk ke dalam rumah namun
ia menahanku.
“love you lun..” ucapnya sambil menggenggam erat
tanganku.
“tapi maaf aku belum bisa mencintaimu,.”
balasku sambil pergi meninggalkannya
***
Sudah sebulan pernikahan ini berjalan. Kini aku mulai
bisa memanggilnya tanpa embel-embel lagi
karena aku sadar mau tidak mau dia adalah suamiku.
Meski kami jarang berbicara, nazril selalu
memperlihatkan kasih sayangnya padaku. Dari memberiku setangkai mawar putih,
membangunkanku dengan belaian hangat di pagi hari, sampai merawatku ketika aku
sakit. Aku tahu bahwa cintanya padaku sangat tulus.
***
Hari ini aku pulang agak telat karena dosenku di
kampus memintaku untuk membantunya membereskan arsip di perpustakaan. Apakah
nazril sudah pulang? tanyaku dalam hati sambil sesekali melihat jam tangan.
***
Setibanya aku dirumah, aku langsung menyalakan lampu ruang
tengah dan kulihat nazril yang masih memakai seragam guru terkapar pingsan di
sofa. Aku langsung menghampirinya dengan panik. Kusentuh dahinya dengan
punggung tanganku. Demamnya sangat tinggi! Akupun langsung mengambil handuk
kecil dan membasuhnya dengan air lalu mulai mengompresnya.
“nazril kau kenapa…” panggilku sambil terus mengelap
tangannya yang berkeringat. Dengan malu-malu kupaksakan diriku untuk mengganti
seragam nazril dengan piyama. Aish.. aku ini kan istrinya? Mengapa aku harus
malu menyentuh suami sendiri? Dasar luna pabo! runtukku dalam hati. Setelah
selesai mengganti baju dan menyelimutinya, aku pergi ke dapur dan mulai memasak
bubur dan sup ayam. Sesekali aku menengok ke ruang tengah siapa tahu luna
tiba-tiba terbangun.
Aiggg.. sejak kapan aku bisa sepanik ini hanya karena
dirinya? Aku sama sekali tidak mengerti. Mungkinkah aku mulai mencintainya?
***
Sudah tengah malam namun nazril belum bangun juga.
Demamnya semakin tinggi. Dinding pertahanan yang ada didalam hatiku akhirnya
runtuh. Aku menangis sejadi-jadinya. luna pabo! Kamu pikir gara-gara siapa
suamimu ini jadi sakit! Kau benar-benar istri yang buruk! makiku dalam hati.
“nazrilll…maafkan aku…kau kenapa ??” pintaku sambil
terus mengganti kompresnya.
“Maafkan aku karena aku tidak menjadi istri seperti yang
kau harapkan, maafkan aku karena pernah membencimu, aku akan belajar untuk
mencintaimu lagi nazril.. kumohon bangunlah..” lanjutku sambil memegang erat
tangannya.
“luna….” tiba-tiba sayup-sayup nazril memanggilku.
“ya nazril… demammu sangat tinggi.. kita ke rumah
sakit saja ya?” bujukku sambil terus memegang tangannya.
“ya.. aku takut sama dokter.. aku dirawat dirumah saja
luna.. sebentar lagi pasti sembuh..” ucap nazril sambil tersenyum lemah.
“Hmm.. kalau gitu tidurnya di kamar aja ya?” bujukku
lagi.
“Baiklah.. terima kasih lun” jawab nazril.
Akupun memapah nazril menuju kamar kami. Saat aku
ingin menidurkannya dikasur, tiba-tiba aku terpeleset dan akhirnya badanku
jatuh di kasur menindih badan nazril. Aku ingin menarik badanku darinya tapi
nazril memelukku dengan erat.
“lun…” bisik nazril di telingaku.
“tenang.. aku akan selalu ada di sampingmu.” balasku.
“Aku takut ini hanya mimpi dan ketika aku terbangun
kau berubah menjadi perempuan yang dingin lagi..” ucapnya resah.
“tentu.. mulai sekarang aku akan menjadi perempuan
yang hangat sebagai istri .” ucapku menenangkannya.
“kau benar, badanku semakin hangat karena memelukmu..”
ucapnya lagi. Ia mempererat pelukannya.
“Itu bukan karena aku .. demammu semakin tinggi..
lepaskan pelukanmu ini.. badanku berat kau tahu..” ucapku asal.
“tenang.. yang aku rasakan sekarang bukan demam tapi
kehangatan hatimu..” jawab nazril.
“Baiklah terserah kau saja.. tapi aku perlu memberimu
kompres agar demammu cepat turun.. kau boleh memelukku sepuasnya jika kau sudah
sembuh nanti..” janjiku padanya.
“janji? baiklah..” kata nazril sambil melepas
pelukannya.
Akupun kembali keruang tengah untuk mengambil handuk
kecil dan wadah yang berisikan air es dan membawanya ke dapur. Setelah
mengganti air di dalam wadah, aku memanasi bubur dan sup ayam lalu kutaruh
dalam mangkuk. Tak lupa kutaruh obat penurun demam dan segelas air putih pada
nampan dan aku pun kembali ke kamar.
Kuhampiri nazril dan kuletakkan handuk kecil di
dahinya. Setelah aku mengelap seluruh keringat di tubuhnya, tiba-tiba nazril
terbangun dan tersenyum lemah.
“Kau memang istri terbaik di dunia ini..” puji nazril.
“terima kasih… kamu lapar tidak? aku sudah buatkan
bubur dan sup ayam untukmu..” ucapku sambil meletakkan handuk kecil dan
mengambil semangkuk bubur dan sup ayam.
“Suapi aku ya?” pinta nazril.
“tentu…” balasku.
Setelah selesai menyuapinya, aku membujuk nazril untuk minum obat
tetapi ia menolaknya.
“gk mau…” ucapnya kesal.
“Aiiggggg.. kau bukan anak kecil lagi tau…” ucapku
sambil memaksanya minum obat. Akhirnya ia menuruti perintahku. nazril menelan
obatnya dengan muka cemberut seperti anak kecil. Lucu sekali.
***
“luna…”
“Uhm.. met pagi ..” sapaku. Seperti biasa nazril
membangunkanku dengan belaian hangatnya.
“nazril hari ini jangan kerja dulu ya?” pintaku karena
aku tahu nazril adalah seorang workaholic.
“yayaya… kamu kuliah kan?” tanyanya.
“ya.. hari ini aku libur..” jawabku sambil menidurkan
kepala di bahunya.
***
Mungkin seharusnya aku tidak membencinya. Dia adalah
orang yang sangat baik. Tidak salah jika dulu ia menjadi guru yang populer di
sekolah. Baik guru, murid bahkan sampai staff di sekolah menyukainya. Sekarang
aku merasa telah menjadi wanita paling bahagia di dunia karena bisa menjadi
istrinya.
“luna….” panggilnya sambil duduk disebelahku. Sekarang
kami sedang menghabiskan waktu bersama sambil melihat matahari terbenam di atas
balkon.
“bali itu
memang kota kecil yang indah…” ucapku kagum.
“lun, apakah kamu masih ingin kuliah di amerika?”
tanyanya.
“ya… aku bisa sangat kesepian jika tidak ada disampingmu
…” jawabku sambil memeluk pinggangnya.
“terima kasih luna…” ucapnya tiba-tiba.
“Terimakasih untuk apa ?” tanyaku bingung.
“terima kasih karena kau mau menjadi istriku..
Sekarang impianku untuk memiliki keluarga dan hidup di bali sudah terwujud.”
jawab nazril sambil tersenyum. Ah.. senyum itulah yang membuatku jatuh cinta
padanya dulu.
“nazril…” panggilku.
“ya ada apa?” tanyanya sambil menoleh kearahku.
“tak pa…” kataku dan iapun langsung tersenyum. Aku
kembali jatuh cinta padanya karena senyum itu.
“love you nazril…” ucapku sambil memeluknya. Iapun
membalas pelukanku.
“love you too lun..” balasnya.
“nazril tidak boleh memperlihatkan senyum yang tadi
pada wanita selain aku.. mengerti?” ucapku setelah melepas pelukannya.
“kenapa? Berarti kau menyuruhku untuk bersikap dingin
pada semua orang di sekolah.. Jahat sekali istriku ini…” keluh nazril sambil
memasang tampang kecewa.
“bukan.. maksudku bukan seperti itu nazril...” ucapku
sambil mengelus pundaknya.
nazril mengeluarkan senyum jahilnya. Aiigggghhh.. aku
ditipu!
“nazrilllll.. dasarrr.. kau itu sangat menyebalkan”
bentakku sambil memukul bahunya.
“Aish… sakit tau!” keluh nazril sambil mengelus
bahunya.
“Bweee…..” ledekku sambil pergi meninggalkannya.
***
Sudah setahun aku menjalani hidup bersama dengan
nazril. Kini aku sudah belajar untuk mencintainya lagi, mengembalikan
perasaanku yang dulu pernah ada. Setiap hari kami saling berucap cinta,
memberikan kasih sayang satu sama lain dan saling menjaga. Aku mencintaimu
nazril irham.
***
“mama..aku pulangggg!” seru seorang anak laki-laki
sambil berlari memasuki rumah.
“fahmi! Kau curang!” bentak seorang anak perempuan
yang berlari dibelakang anak yang bernama fahmi.
“Aighhhh… anak-anak mama pulang sekolah ternyata” ucapku sambil
menghampiri kedua anak itu di ruang tengah.
“mama aku pulang…aku pengen makanan” ucap anak
perempuannya.
“mama sudah
memasakkan makanan kesukaanmu fahma….” sahutku sambil membantu mereka melepas
sepatu dan tas.
“Pikiranmu itu cuma makan saja.. ckck..” kritik fahmi.
“Biarin aja bwee…..” bela fahma.
“Sudah-sudah.. cepat kalian ganti baju sana. Sebentar
lagi appa pulang.” perintahku dan mereka berdua pun langsung pergi ke kamar
sedangkan aku kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang.
***
“fahma-fahmi papa pulang…” panggil nazril diruang
depan.
“papa!” sahut fahma dan fahmi bersamaan dan mereka
berdua langsung berlari untuk menyambut papanya.
“mama mana?” tanya nazril saat mereka bertiga duduk di
sofa.
“mama sedang memasak di dapur.. kata mama hari ini
adalah hari istimewa..” jawab fahma girang.
“Iya, hari ini hari istimewa karena aku tadi menang
lomba berlari dari fahma pa..” sahut fahmi.
“mama tidak akan merayakan hal sebodoh itu tahu..”
ejek fahma.
“Hey, aku ini kakakmu tahu! Kau tidak boleh mengataiku
bodoh!” bentak fahmi.
“Enak saja memanggilmu kakak.. kau hanya lebih tua satu
menit dari ku..” ucap fahma.
“Sudah-sudah.. kalian ini suka sekali bertengkar..”
ucap nazril menengahi.
“hay nazril.. apakah kmu sudah pulang?” panggil luna dari dapur.
“iyha sudah…” ucap nazril.
“Cepatlah ganti baju lalu kita makan siang bersama..”
lanjut luna.
“iyha….” sahut nazril lalu iapun pergi ke kamar untuk
berganti baju.
Beberapa menit kemudian, merekapun sudah duduk bersama
di meja makan.
“mama.. memangnya hari ini ada apa sih sampai mama
masak banyak kayak gini?” tanya fahma bingung sambil melihat meja makan yang
penuh makanan dan sebuah cake.
“Hari ini adalah ulang tahun pernikahan mama dan papa
yang keempat..” jelas nazril.
“Wuah… !” ucap fahma dan fahmi bersamaan.
“Ayo kita segera makan.. papa sudah lapar nih..” ucap
nazril.
Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi dari kamar.
“Sepertinya Yudha sudah bangung… aku ke kamar dulu
ya..” ucap luna sambil bergegas pergi ke kamar. Beberapa menit kemudian ia
kembali sambil menggendong bayinya. “Sepertinya Yudha bangun karena tahu kita
sedang mengadakan pesta.” komentar luna. Dan mereka pun duduk bersama dan
kembali merayakan hari istimewa mereka.
***
Akhirnya di usia pernikahanku yang keempat aku
berhasil mewujudkan semua impianku. Menjadi guru teladan, wirausahawan sukses,
dan mempunyai keluarga dengan tiga orang anak. Tanpa luna , mantan muridku yang
kini telah menjadi pendamping hidupku mungkin aku tidak akan bisa mewujudkan
keinginanku yang terakhir.
Kupandangi wajahnya yang sedang tertidur pulas
disampingku. Kuusap lembut wajahnya yang seperti malaikat kecil. Kau akan
menjadi malaikat kecilku untuk selamanya, ucapku dalam hati. Kukecup lembut
bibirnya. “love you luna..” bisikku di telinganya.
Terimakasih karena kau mau belajar untuk mencintaiku
lagi.
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar