-->

Jumat, 18 Mei 2012

Bagai Bintang Di Surga


Aku tahu ini aneh. Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa mencintainya lagi. Tetapi karena suatu hal semua ini telah terjadi.
***
Kini kau berdiri dihadapanku. Kau terus memandang wajahku tetapi aku tidak mau membalas tatapanmu itu. Seharusnya aku bahagia karena akhirnya aku dapat menikah dan memulai hidup baru. Tetapi itu semua hilang begitu saja karena perjodohan sepihak ini.
“luna.. apakah kau masih marah padaku karena perjodohan ini?” ucapnya sambil mengusap kepalaku.
“tidak. Jangan lakukan ini lagi.” ucapku sambil menepis tangannya.
“luna…” panggilnya.
“Aku menyetujui perjodohan ini hanya karena aku mencintai mama ku. Tetapi ketika aku tahu bahwa kau yang meminta untuk dijodohkan denganku, aku langsung membencimu.” ucapku dingin.
“knpa? Bukankah dulu kau mencintaiku?” tanyanya lagi.
“Karena kau aku harus menghentikan impianku untuk kuliah di amerika. Karena kau aku harus memutuskan hubunganku dengan kekasihku. Apakah kau melihat bahwa aku masih mencintaimu?” tanyaku balik.
“Kita bisa memulainya lagi dari awal lun.” ucapnya sambil menggenggam erat tanganku namun aku melepasnya.
“, sekarang aku sudah tidak mencintaimu lagi..maaf” ucapku sambil masuk kedalam kamar.
***
Bagaimana aku bisa menikah dengan mantan guruku di SMA? Aku tahu dulu aku sangat mencintainya. Dia adalah guru yang bisa membuatku mencintai Ekonomi, pelajaran yang sangat kubenci sebelumnya. Namun akhirnya aku sadar bahwa cinta ini salah. Perlahan aku mulai menghilangkannya dan akhirnya aku berhasil.
Tetapi mengapa sekarang ia hadir kembali dalam kehidupanku? Apakah dia tidak tahu bahwa sudah banyak airmata yang kukeluarkan untuk menghilangkan perasaanku padanya? Kini aku merasa bahwa semua itu sia-sia.
***
“lun..” panggilnya sambil duduk disampingku.
“knpa?” tanyaku tanpa memandang kearahnya.
Aku mendengar ia menghela nafas dan kini kami duduk bersama di atas balkon.
“Menurutmu apa yang harus kulakukan agar kau dapat mencintaiku lagi?” tanyanya datar
“Aku tidak akan bisa mencintaimu lagi.” jawabku dingin.
“Cinta itu masih ada dalam hatimu. Aku tahu itu.” ucapnya sambil memandang lurus kearah laut yang terbentang indah dihadapannya.
“Tidak. Cinta itu telah menjadi opportunity cost bagiku untuk meraih prestasi di sekolah dan mendapatkan beasiswa ke amerika tapi kau sudah menghancurkannya.” jawabku sambil beranjak masuk ke dalam rumah namun ia menahanku.
“love you lun..” ucapnya sambil menggenggam erat tanganku.
“tapi maaf aku belum bisa mencintaimu,.”
balasku sambil pergi meninggalkannya
***
Sudah sebulan pernikahan ini berjalan. Kini aku mulai bisa memanggilnya tanpa embel-embel  lagi karena aku sadar mau tidak mau dia adalah suamiku.
Meski kami jarang berbicara, nazril selalu memperlihatkan kasih sayangnya padaku. Dari memberiku setangkai mawar putih, membangunkanku dengan belaian hangat di pagi hari, sampai merawatku ketika aku sakit. Aku tahu bahwa cintanya padaku sangat tulus.
***
Hari ini aku pulang agak telat karena dosenku di kampus memintaku untuk membantunya membereskan arsip di perpustakaan. Apakah nazril sudah pulang? tanyaku dalam hati sambil sesekali melihat jam tangan.
***
Setibanya aku dirumah, aku langsung menyalakan lampu ruang tengah dan kulihat nazril yang masih memakai seragam guru terkapar pingsan di sofa. Aku langsung menghampirinya dengan panik. Kusentuh dahinya dengan punggung tanganku. Demamnya sangat tinggi! Akupun langsung mengambil handuk kecil dan membasuhnya dengan air lalu mulai mengompresnya.
“nazril kau kenapa…” panggilku sambil terus mengelap tangannya yang berkeringat. Dengan malu-malu kupaksakan diriku untuk mengganti seragam nazril dengan piyama. Aish.. aku ini kan istrinya? Mengapa aku harus malu menyentuh suami sendiri? Dasar luna pabo! runtukku dalam hati. Setelah selesai mengganti baju dan menyelimutinya, aku pergi ke dapur dan mulai memasak bubur dan sup ayam. Sesekali aku menengok ke ruang tengah siapa tahu luna tiba-tiba terbangun.
Aiggg.. sejak kapan aku bisa sepanik ini hanya karena dirinya? Aku sama sekali tidak mengerti. Mungkinkah aku mulai mencintainya?
***
Sudah tengah malam namun nazril belum bangun juga. Demamnya semakin tinggi. Dinding pertahanan yang ada didalam hatiku akhirnya runtuh. Aku menangis sejadi-jadinya. luna pabo! Kamu pikir gara-gara siapa suamimu ini jadi sakit! Kau benar-benar istri yang buruk! makiku dalam hati.
“nazrilll…maafkan aku…kau kenapa ??” pintaku sambil terus mengganti kompresnya.
“Maafkan aku  karena aku tidak menjadi istri seperti yang kau harapkan, maafkan aku karena pernah membencimu, aku akan belajar untuk mencintaimu lagi nazril.. kumohon bangunlah..” lanjutku sambil memegang erat tangannya.
“luna….” tiba-tiba sayup-sayup nazril memanggilku.
“ya nazril… demammu sangat tinggi.. kita ke rumah sakit saja ya?” bujukku sambil terus memegang tangannya.
“ya.. aku takut sama dokter.. aku dirawat dirumah saja luna.. sebentar lagi pasti sembuh..” ucap nazril sambil tersenyum lemah.
“Hmm.. kalau gitu tidurnya di kamar aja ya?” bujukku lagi.
“Baiklah.. terima kasih lun” jawab nazril.
Akupun memapah nazril menuju kamar kami. Saat aku ingin menidurkannya dikasur, tiba-tiba aku terpeleset dan akhirnya badanku jatuh di kasur menindih badan nazril. Aku ingin menarik badanku darinya tapi nazril memelukku dengan erat.
“lun…” bisik nazril di telingaku.
“tenang.. aku akan selalu ada di sampingmu.” balasku.
“Aku takut ini hanya mimpi dan ketika aku terbangun kau berubah menjadi perempuan yang dingin lagi..” ucapnya resah.
“tentu.. mulai sekarang aku akan menjadi perempuan yang hangat sebagai istri .” ucapku menenangkannya.
“kau benar, badanku semakin hangat karena memelukmu..” ucapnya lagi. Ia mempererat pelukannya.
“Itu bukan karena aku .. demammu semakin tinggi.. lepaskan pelukanmu ini.. badanku berat kau tahu..” ucapku asal.
“tenang.. yang aku rasakan sekarang bukan demam tapi kehangatan hatimu..” jawab nazril.
“Baiklah terserah kau saja.. tapi aku perlu memberimu kompres agar demammu cepat turun.. kau boleh memelukku sepuasnya jika kau sudah sembuh nanti..” janjiku padanya.
“janji? baiklah..” kata nazril sambil melepas pelukannya.
Akupun kembali keruang tengah untuk mengambil handuk kecil dan wadah yang berisikan air es dan membawanya ke dapur. Setelah mengganti air di dalam wadah, aku memanasi bubur dan sup ayam lalu kutaruh dalam mangkuk. Tak lupa kutaruh obat penurun demam dan segelas air putih pada nampan dan aku pun kembali ke kamar.
Kuhampiri nazril dan kuletakkan handuk kecil di dahinya. Setelah aku mengelap seluruh keringat di tubuhnya, tiba-tiba nazril terbangun dan tersenyum lemah.
“Kau memang istri terbaik di dunia ini..” puji nazril.
“terima kasih… kamu lapar tidak? aku sudah buatkan bubur dan sup ayam untukmu..” ucapku sambil meletakkan handuk kecil dan mengambil semangkuk bubur dan sup ayam.
“Suapi aku ya?” pinta nazril.
“tentu…” balasku.
Setelah selesai menyuapinya, aku membujuk nazril untuk minum obat tetapi ia menolaknya.
“gk mau…” ucapnya kesal.
“Aiiggggg.. kau bukan anak kecil lagi tau…” ucapku sambil memaksanya minum obat. Akhirnya ia menuruti perintahku. nazril menelan obatnya dengan muka cemberut seperti anak kecil. Lucu sekali.
***
“luna…”
“Uhm.. met pagi ..” sapaku. Seperti biasa nazril membangunkanku dengan belaian hangatnya.
“nazril hari ini jangan kerja dulu ya?” pintaku karena aku tahu nazril adalah seorang workaholic.
“yayaya… kamu kuliah kan?” tanyanya.
“ya.. hari ini aku libur..” jawabku sambil menidurkan kepala di bahunya.
***
Mungkin seharusnya aku tidak membencinya. Dia adalah orang yang sangat baik. Tidak salah jika dulu ia menjadi guru yang populer di sekolah. Baik guru, murid bahkan sampai staff di sekolah menyukainya. Sekarang aku merasa telah menjadi wanita paling bahagia di dunia karena bisa menjadi istrinya.
“luna….” panggilnya sambil duduk disebelahku. Sekarang kami sedang menghabiskan waktu bersama sambil melihat matahari terbenam di atas balkon.
“bali  itu memang kota kecil yang indah…” ucapku kagum.
“lun, apakah kamu masih ingin kuliah di amerika?” tanyanya.
“ya… aku bisa sangat kesepian jika tidak ada disampingmu …” jawabku sambil memeluk pinggangnya.
“terima kasih luna…” ucapnya tiba-tiba.
“Terimakasih untuk apa ?” tanyaku bingung.
“terima kasih karena kau mau menjadi istriku.. Sekarang impianku untuk memiliki keluarga dan hidup di bali sudah terwujud.” jawab nazril sambil tersenyum. Ah.. senyum itulah yang membuatku jatuh cinta padanya dulu.
“nazril…” panggilku.
“ya ada apa?” tanyanya sambil menoleh kearahku.
“tak pa…” kataku dan iapun langsung tersenyum. Aku kembali jatuh cinta padanya karena senyum itu.
“love you nazril…” ucapku sambil memeluknya. Iapun membalas pelukanku.
“love you too lun..” balasnya.
“nazril tidak boleh memperlihatkan senyum yang tadi pada wanita selain aku.. mengerti?” ucapku setelah melepas pelukannya.
“kenapa? Berarti kau menyuruhku untuk bersikap dingin pada semua orang di sekolah.. Jahat sekali istriku ini…” keluh nazril sambil memasang tampang kecewa.
“bukan.. maksudku bukan seperti itu nazril...” ucapku sambil mengelus pundaknya.
nazril mengeluarkan senyum jahilnya. Aiigggghhh.. aku ditipu!
“nazrilllll.. dasarrr.. kau itu sangat menyebalkan” bentakku sambil memukul bahunya.
“Aish… sakit tau!” keluh nazril sambil mengelus bahunya.
“Bweee…..” ledekku sambil pergi meninggalkannya.
***
Sudah setahun aku menjalani hidup bersama dengan nazril. Kini aku sudah belajar untuk mencintainya lagi, mengembalikan perasaanku yang dulu pernah ada. Setiap hari kami saling berucap cinta, memberikan kasih sayang satu sama lain dan saling menjaga. Aku mencintaimu nazril irham.
***
“mama..aku pulangggg!” seru seorang anak laki-laki sambil berlari memasuki rumah.
“fahmi! Kau curang!” bentak seorang anak perempuan yang berlari dibelakang anak yang bernama fahmi.
“Aighhhh… anak-anak  mama pulang sekolah ternyata” ucapku sambil menghampiri kedua anak itu di ruang tengah.
“mama aku pulang…aku pengen makanan” ucap anak perempuannya.
“mama  sudah memasakkan makanan kesukaanmu fahma….” sahutku sambil membantu mereka melepas sepatu dan tas.
“Pikiranmu itu cuma makan saja.. ckck..” kritik fahmi.
“Biarin aja bwee…..” bela fahma.
“Sudah-sudah.. cepat kalian ganti baju sana. Sebentar lagi appa pulang.” perintahku dan mereka berdua pun langsung pergi ke kamar sedangkan aku kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang.
***
“fahma-fahmi papa pulang…” panggil nazril diruang depan.
“papa!” sahut fahma dan fahmi bersamaan dan mereka berdua langsung berlari untuk menyambut papanya.
“mama mana?” tanya nazril saat mereka bertiga duduk di sofa.
“mama sedang memasak di dapur.. kata mama hari ini adalah hari istimewa..” jawab fahma girang.
“Iya, hari ini hari istimewa karena aku tadi menang lomba berlari dari fahma pa..” sahut fahmi.
“mama tidak akan merayakan hal sebodoh itu tahu..” ejek fahma.
“Hey, aku ini kakakmu tahu! Kau tidak boleh mengataiku bodoh!” bentak fahmi.
“Enak saja memanggilmu kakak.. kau hanya lebih tua satu menit dari ku..” ucap fahma.
“Sudah-sudah.. kalian ini suka sekali bertengkar..” ucap nazril menengahi.
“hay nazril.. apakah  kmu sudah pulang?” panggil luna dari dapur.
“iyha sudah…” ucap nazril.
“Cepatlah ganti baju lalu kita makan siang bersama..” lanjut luna.
“iyha….” sahut nazril lalu iapun pergi ke kamar untuk berganti baju.
Beberapa menit kemudian, merekapun sudah duduk bersama di meja makan.
“mama.. memangnya hari ini ada apa sih sampai mama masak banyak kayak gini?” tanya fahma bingung sambil melihat meja makan yang penuh makanan dan sebuah cake.
“Hari ini adalah ulang tahun pernikahan mama dan papa yang keempat..” jelas nazril.
“Wuah… !” ucap fahma dan fahmi bersamaan.
“Ayo kita segera makan.. papa sudah lapar nih..” ucap nazril.
Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi dari kamar.
“Sepertinya Yudha sudah bangung… aku ke kamar dulu ya..” ucap luna sambil bergegas pergi ke kamar. Beberapa menit kemudian ia kembali sambil menggendong bayinya. “Sepertinya Yudha bangun karena tahu kita sedang mengadakan pesta.” komentar luna. Dan mereka pun duduk bersama dan kembali merayakan hari istimewa mereka.
***
Akhirnya di usia pernikahanku yang keempat aku berhasil mewujudkan semua impianku. Menjadi guru teladan, wirausahawan sukses, dan mempunyai keluarga dengan tiga orang anak. Tanpa luna , mantan muridku yang kini telah menjadi pendamping hidupku mungkin aku tidak akan bisa mewujudkan keinginanku yang terakhir.
Kupandangi wajahnya yang sedang tertidur pulas disampingku. Kuusap lembut wajahnya yang seperti malaikat kecil. Kau akan menjadi malaikat kecilku untuk selamanya, ucapku dalam hati. Kukecup lembut bibirnya. “love you luna..” bisikku di telinganya.
Terimakasih karena kau mau belajar untuk mencintaiku lagi.
-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar